Narend Sukses Perankan Wayan di Film Bhatari Sri

HandmadNews – Mengangkat tentang Subak dan Jejak-Jejak Kemuliaannya Kitapoleng Bali persembahkan Film Bhatari Sri yang bisa disaksikan, pada Jumat (26/11) pukul 17.00 Wita di pkn.id, indonesiana.tv dan kanal Youtube Budaya Saya. Lahirnya film ini, berangkat dari sistem subak telah menjadi bagian dari sosio kultural masyarakat di Bali.

Sesungguhnya subak tak hanya sekedar sistem pengairan saja, di dalamnya juga ada konsep keadilan. Subak telah menjadi organisasi demokratis; para petani yang memanfaatkan sumber air yang sama, bertemu secara teratur untuk bermusyawarah dan mengkoordinasikan penanaman, mengontrol distribusi air irigasi, merencanakan pembangunan, pemeliharaan kanal dan bendungan, serta mengatur upacara persembahan dan perayaan di Pura Subak.

Ikut serta dalam Film Bhatari ini adalah salah satu dalang cilik berbakat Bali, Putu Adhyaksa Narendra Krishna yang memerankan tokoh Wayan. Ayah dari Narend, Gighox mengatakan Narend ditawari untuk bergabung dalam proyek film ini, karena kebutuhan mereka akan seorang dalang cilik.
“Kami disodori skenario, kami pelajari bersama – sama dengan Narend. Ia sangat bersemangat untuk ikut, karena melibatkan banyak seniman dan jalan ceritanya juga menarik, ya kami terima” kata Gighox yang dikenal sebagai vokalis band metal Parau ini.

Gighox menambahkan, walau baru pertama kali main film, Narend tidak menemui kendala yang berarti. Ini juga dikarenakan Narend bekerjasama dengan orang – orang yang profesional dibidangnya.
“Tidak ada masalah berarti, karena Narend di direct oleh para profesional” ungkapnya.

Mengambil latar petualangan anak-anak di Bali, Bhatari Sri menjadi tokoh sentral dalam film ini. Bhatari Sri hadir sebagai Sang Jiwa, sekaligus juga karakter wayang kesayangan Wayan yang hilang. Wayan digambarkan sebagai seorang anak yang gemar bermain wayang. Ia memiliki wayang plastik yang begitu disayanginya, Bhatari Sri. Namun oleh suatu sebab, wayang itu hanyut dan tenggelam.

Bhatari Sri hilang!

Putu, kakak Wayan dan sahabatnya, Ketut, berusaha menghiburnya, menemani Wayan mencari wayang yang hilang.

Disinilah kisah bermula.

Mereka berjalan meretas jarak waktu dan keadaan. Dari gunung, hingga samudra, mereka –terutama Wayan, menjumpai banyak kilasan kehidupan. Satu hal yang tak berubah; tak ada ruang bagi kesedihan. Tawa tak putus-putus, wajah mengukir senyum selalu. Anak-anak telah menjadi nama lain dari keceriaan. Dan setiap lakunya, menjadi cara lain menjangkau kasih. Menyerap kebaikan hidup, kemudian melepasnya bagi keharmonisan bersama.

Film ini disutradarai oleh Gusti Dibal Ranuh dan penata tari Jasmine. Untuk pemeran sendiri ada Ayu Laksmi, Cok Sawitri, Mangku Apel dan Alien Child.