Seni Gender Tetap Lestari Di Abian Lalang

Gempuran arus globalisasi yang kencang selama ini ternyata tidak mampu mengikis tradisi dan warisan budaya Bali. Ini ditunjukkan oleh salah seorang pemuda Ida Bagus Putra Darmayasa (31) asal Gria Abian Lalang, Desa Wanasari, Tabanan yang dengan setia tetap mempertahankan tradisi dan budaya Bali khususnya di dunia karawitan Gender Wayang.

Ida Bagus Putra Darmayasa menuturkan kegemarannya memainkan gamelan gender didapat secara turun temurun, seingatnya mulai dari kakek buyut hibgga kakeknya adalah seorang seniman gender wayang.
“Dari kecil saya sudah dikelilingin kehidupan berkesenian dimulai dari kakek buyut turun ke kompiang, turun ke kakiang/kakek saya sampai saya sendiri” tutur Ida Bagus Putra Darmayasa yang akrab disapa Gus Amok.

Gus Amok menambahkan, saat kondisi seperti ini dimana dunia dilanda Pandemi Covid19. Kesedihan seakan menjadi teman sehari – hari, dirinya menggambarkan dunia ini seperti salah satu gending ditetabuhan gender yaitu Gegendingan Mesem. Dimana gending Mesem ini menggambarkan kesedihan dalam cerita Mahabarata atupun Ramayana.
“Gending mesem itu mempresentasikan tentang tetangisan atau kesedihan yang menggambarkan karakter wayang dalam kisah Mahabarata ataupun Ramayana” kata Gus Amok.

Ida Bagus Suwenda (81) kakek dari Gus Amok bercerita, Gending Mesem ini sampai di Gria Abian Lalang berkat perjuangan ayahnya yang pertama kali mendengar Gending Mesem ini Jembrana. Beliau membawa Gending Mesem ini ke Tabanan dengan cara mengingat dan melantunkannya disepanjang perjalanan. Karena pada jaman itu alat perekam suara tidak ada.
“Selama perjalanan dari Jembrana sampai Tabanan melantunkannya didalam mobil. Ayah saya dikira orang gila, karena selama perjalan megendingan/bernyanyi agar tidak lupa akan gegendingan/tetabuhan mesem” kenang Ida Bagus Suwenda.
Berkat perjuangan beliau – beliau inilah seni karawitan khususnya gender tetap lestari ditanah Tabanan, khususnya Gria Abian Lalang.

Gus Amok mengajak kita tetap semangat dalam menghadapi kondisi pandemi seperti sekarang ini. Seperti halnya cerita pewayangan, tidak akan sedih sampai akhir tetapi pasti akan menemukan kebahagian.
“Kita sebagai manusia yang percaya akan kebesaran sang pencipta Ida Sang Hyang Widi Wasa, tidak perlu khawatir, takut, tidak perlu sedih berlarut – larut. Hidup harus terus berlanjut jangan takut kita pasti bisa melewati keadaan ini” ajak Gus Amok penuh semangat.

THANK GOD FOR GOOD KARMA